Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) Surabaya H Jusuf Irianto menjelsakan bonus domografi dapat berdampak buruk jika negara tidak hadir untuk mengelolanya. Dalam masalah ini negara yang mempunyai otoritas luar biasa harus hadir untuk mengatasi masalah struktural dan sistemik dalam sistem pendidikan dan pelatihan.
Hal itu ia sampaikan saat menjadi pemateri dalam webinar seri literasi pandemi ke-28 yang merupakan acara rutin Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim Jum’at (21/01/2022) melalui zoom meeting dan kanal Youtube MUI Jatim. Kali ini ‘Proyeksi, Transisi dan Bonus Demografi Pasca Pandemi’ menjadi tema yang diperbincangkan.
“Ini luar biasa. Jadi MBKM dan kebijakan-kebijakan tentang kurikulum dan seterusnya yang digagas oleh para mentri harus kita dukung sepanjang dalam koridor untuk mendukung bonus domografis sebagai sesuatu yang prospektif,” ungkap ketua komisi HLNKI MUI Jatim itu.
Irianto kemudian memberikan paparan terkait program apa saja yang harus dilakukan Indonesia untuk menghadapi bonus demografi. Pertama, investasi bidang pendidikan dan Kesehatan untuk generasi muda. Kedua, Bersatu padu antara pemerintah dan stakeholders khususnya dengan pakar pendidikan dan Kesehatan. Ketiga memasifkan berbagai program untuk menyambut bonus demografi. Keempat memberikan sarana edukasi yang mudah diakses terkait pentingnya pendidikan, gizi, Kesehatan dan lain sebagainya.
“Bagimana anak-anak Indonesia dibina mentalnya supaya mereka menjadi generasi yang siap menghadapi realitas dimasa mendatang yang penuh dengan ketidak pastina,” terangnya.
Oleh karena itu perlu trobosan untuk menciptakan generasi yang sehat, terdidik, perduli dan sebagainya. Untuk menyambut demografi tidak hanya anak-anak muda yang disiapkan. Melainkan juga perlu para orang tua turut dipersiapkan.
“Islam ini agama yang sudah benar, menempatkan orang pada kedudukan yang mulia. Kalau tidak kita akan kualatan. Demikian dalam bonus demografi, jangan hanya fokus pada anak muda tetapi juga orang-orang dewasa,” pungkasnya.












