Puasa Ramadhan adalah ibadah yang sarat dengan keberkahan dan keutamaan bagi setiap Muslim. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga melatih kesabaran, menundukkan hawa nafsu, serta meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap ridha Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari & Muslim).
Ramadhan adalah bulan penuh rahmat, di mana pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Dalam bulan ini terdapat Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Puasa juga memberikan manfaat kesehatan, baik fisik maupun mental, karena membantu detoksifikasi tubuh dan meningkatkan ketenangan jiwa.
Dengan menjalankan puasa dengan penuh keikhlasan, seorang Muslim tidak hanya memperoleh pahala besar, tetapi juga menjadi pribadi yang lebih bertakwa dan berakhlak mulia.
Puasa dan Pengelolaan Keuangan: Esensi Hidup Sederhana
Puasa Ramadhan bukan hanya ibadah fisik, tetapi juga latihan spiritual dalam menahan diri, mengendalikan hawa nafsu, dan menerapkan pola hidup sederhana. Prinsip ini seharusnya tidak hanya tercermin dalam pola makan dan ibadah, tetapi juga dalam cara kita mengelola keuangan.
Bulan Ramadhan dapat menjadi momentum penting untuk menerapkan efisiensi anggaran, baik dalam lingkup rumah tangga maupun kebijakan nasional.
- Ironi Konsumsi Berlebihan di Bulan Ramadhan
Fenomena yang kerap terjadi adalah meningkatnya pola konsumsi selama bulan puasa. Data menunjukkan bahwa pengeluaran masyarakat justru melonjak, terutama dalam hal belanja makanan, pakaian, hingga gaya hidup. Padahal, esensi Ramadhan adalah kesederhanaan dan berbagi dengan sesama.
Ketidakseimbangan ini sering kali memicu pemborosan dan bahkan utang konsumtif. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk menerapkan efisiensi anggaran dengan mengutamakan kebutuhan utama dan menahan diri dari pengeluaran yang tidak perlu.
- Efisiensi Anggaran dalam Skala Nasional
Prinsip efisiensi tidak hanya berlaku dalam rumah tangga, tetapi juga dalam kebijakan negara. Pemerintah perlu memastikan bahwa setiap rupiah yang dibelanjakan benar-benar memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat. Puasa Ramadhan bisa menjadi refleksi bagi para pemangku kebijakan untuk lebih bijak dalam alokasi anggaran, menghindari pemborosan, dan fokus pada program yang berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat.
Presiden terpilih Prabowo Subianto telah menekankan pentingnya optimalisasi anggaran, terutama dalam sektor infrastruktur, pendidikan, dan kesejahteraan sosial. Ini selaras dengan semangat puasa yang menekankan keseimbangan antara kebutuhan dan kemampuan.
Dalam Islam, konsep efisiensi dan keberpihakan terhadap kaum dhu’afa telah ditegaskan dalam Surat Al-Mā’ūn yang artinya:
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan memberikan bantuan.” (QS. Al-Mā’ūn: 1-7)
Ayat ini menegaskan bahwa Islam mengutamakan kesejahteraan sosial, bukan sekadar ibadah formalitas. Prinsip ini harus tercermin dalam kebijakan negara, termasuk dalam pengelolaan anggaran.
- Ramadhan sebagai Titik Awal Perubahan
Jika masyarakat dapat menerapkan pola hidup hemat selama Ramadhan, kebiasaan ini bisa berlanjut menjadi budaya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menekan gaya hidup konsumtif dan lebih selektif dalam pengeluaran, stabilitas ekonomi individu dan nasional dapat lebih terjaga.
Efisiensi anggaran bukan hanya soal menghemat uang, tetapi juga tentang menyalurkan sumber daya secara lebih tepat guna. Puasa Ramadhan adalah momentum untuk kembali ke nilai-nilai dasar ekonomi Islam: keseimbangan, keadilan, dan kebermanfaatan bagi sesama.
Dengan semangat ini, kita dapat membangun ekonomi yang lebih kuat, mandiri, dan berorientasi pada kesejahteraan bersama.
Artikel ini ditulis oleh Dr. KH. Romadlon Sukardi, Ketua Komisi Hubungan Ulama Umara MUI Jawa Timur dalam program Hikmah Ramadhan kerja sama MUI Jawa Timur dengan Tribun Jatim dan Harian Surya.