MUI Jatim
MUI TV
  • Home
  • Profil
    • Sejarah MUI Jawa Timur
    • Pengurus DP MUI Jawa Timur
    • Pengurus KBL MUI
    • Pedoman Organisasi
  • Berita
  • Produk
    • LPPOM MUI
    • Sejarah MUI
    • DSN MUI
    • MUI TV
  • Fatwa
    • Kumpulan Fatwa MUI Jatim
    • Kumpulan Tausiyah
  • Info Halal
  • Bayan
  • Khutbah
  • Fiqih
  • Galeri
    • Video
    • Album
  • Halo MUI
    • Tanya Ulama
    • Tanya Jawab Islam
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sejarah MUI Jawa Timur
    • Pengurus DP MUI Jawa Timur
    • Pengurus KBL MUI
    • Pedoman Organisasi
  • Berita
  • Produk
    • LPPOM MUI
    • Sejarah MUI
    • DSN MUI
    • MUI TV
  • Fatwa
    • Kumpulan Fatwa MUI Jatim
    • Kumpulan Tausiyah
  • Info Halal
  • Bayan
  • Khutbah
  • Fiqih
  • Galeri
    • Video
    • Album
  • Halo MUI
    • Tanya Ulama
    • Tanya Jawab Islam
No Result
View All Result
MUI Jatim
No Result
View All Result
Home Bayan

Sudahkah Kita Menjadi Pribadi yang Fitri?

Olehsavhira
Minggu, 30 Mar 2025 - 19:50 WIB
Sudahkah Kita Menjadi Pribadi yang Fitri?
ShareTweetSend

Gema adzan maghrib di penghujung Ramadhan 1446 H, mendai waktunya berbuka untuk yang terakhir karena Ramadhan telah berakhir dan berganti dengan  masuknya bulan Syawal.

Lantunan suara takbir saling bersahutan dari masjid-masjid,surau-surau ,rumah bahkan dijalanan begitu terasa semarak dan gegap gempita dalam menyambut datangnya hari kemenangan yang telah ditunggu dan dinantikan  setelah satu bulan penuh berjibaku berperang melawan hawa nafsu.

Hilir mudik panitia zakat mendatangi rumah-rumah fakir miskin dan asnaf yang lain untuk membagikan zakat fitrah juga turut mewarnai kegiatan masyarakat sepanjang malam.

Pasar dan pusat perbelanjaan juga sangat ramai dikunjungi masyarakat guna memenuhi kebutuhan lebaran mulai dari ber belanja keperluan dapur untuk memasak dan membuat hidangan yang serba lezat serta nikmat, hingga membeli berbagai macam pernak Pernik lebaran seperti jajanan khas lebaran, baju baru , sarung, celana dan kelengkapan lainnya.

Disisi yang lain, ada sebagian orang yang menyepi disudut-sudut masjid, terdengar lirih suara takbir keluar dari mulutnya. Sesekali mereka menyeka air mata yang menggenang dipelupuk matanya.

Walaupun dia menyadari Ramadhan pasti akan datang lagi pada tahun berikutnya, akan tetapi siapakah yang bisa menjamin bahwa tahun depan masih dapat bertemu Kembali.

Terbayang dalam pikirannya lintasan perjalanan Ramadhan yang baru saja dilaluinya, mulai dari hari pertama hingga akhir lantas dia bertanya kepada dirinya apakah puasa dan amal ibadahnya selama bulan suci Ramadhan diterima oleh Allah SWT ataukah justru sebaliknya, sehingga tidak membekas sama sekali dalam cacatan amal kebaikan yang tulis dan dihimpun oleh malaikat Rakib.

Begitulah ragam ekspresi yang ada dimasyarakat selaras dengan penghayatan spiritual dan social yang dilakukan hingga mentari tanggal 1 syawal mulai menampakkan diri.

Lautan manusia berduyun-duyun mendatangi masjid, lapangan bahkan memadati jalan-jalan  yang digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan shalat iedul fitri.

Sebuah ritual akbar tahunan yang dilaksanakan secara gegap gempita laksana deklarasi kemenangan setelah melakukan peperangan besar melawan hawa nafsu.

Memang Rasulullah Muhamad SAW pernah bersabda pada waktu selesai memenangi perang badar dengan menegaskan bahwasanya kita baru saja memenangkan peperangan (jihad) kecil untuk menghadapi peperangan yang besar, yaitu perang melawan hawa nafsu.

Sabda sang nabi menembus ke relung hati sanubari ummatnya, sehingga hawa nafsu merupakan musuh utama yang harus diperangi dan ditaklukkan.

Akan tetapi bukan perkara mudah untuk mengalahkan apalagi menaklukkan hawa nafsu. Karena sejak awal manusia tercipta firman suci Tuhan menegaskan Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q. S. al-Syams 7-10)

Demikanlah menetapan Allah SWT yang kemudian dipahami hambanya bahwa Hawa nafsu merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang untuk memenuhi apa yang diinginkan dan selalu mengajak untuk menempuh jalan kefasikan dan kesesatan.

Sang nabipun mengingatkan ummatnya melalui sabdanya yang memperingatkan bahwa musuhmu yang paling berbahaya adalah hawa nafsu yang ada di antara lambungmu, lalu anakmu yang keluar dari tulang rusukmu, istrimu yang kamu gauli, dan sesuatu yang kamu miliki (HR. Al Baihaqi). Itulah perhiasan dunia yang membuat manusia terbuai akan indahnya dunia yang berkelindan dengan keinginan untuk hidup kekal dan abadi sebagaimana yang dilukiskan oleh Ibnu Sina dalam Risalah al-Thayrnya.

Dalam roman yang dotulis oleh Ibnu sina tersebut dikisahkan Ketika sekawanan burung tertangkap oleh pemburu dan dimasukkan kedalam sangkar yang indah serta dilengkapi dengan berbagai jenis makanan dan minuman yang digemari burung-burung tersdebut, maka sekawanan burung itu menjadi terbiasa dan akhirnya jadi tidak tahu lagi  bahwa diluar sangkarnya ada dunia yang lebih luas dan lebih indah yang dapat membuat mereka lebih Bahagia.

Manusia yang terperangkap dalam jeratan nafsunya juga mengalami amnesia bahwa ada kehidupan surgawi yang menanti dirinya Ketika bisa terbebas dari sangkar kemewahan fatamorgana dunia.

Baca juga   Mewaspadai Varian Baru Covid-19

Dalam gambaran yang lebih extrim, manusia yang dikuasai dan dikendalikan oleh hawa nafsunya diibaratkan seperti Binatang yang hina.

Firman suci Tuhan pun menegaskan bahwa apakah kalian tidak melihat betapa banyak orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya.

Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atas hal tersebut, atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahaminya,  mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu. (QS.  Al-Furqan: 43-44)

Demikian bahanya hawa nafsu tersebut apabila menguasai diri manusia sehingga haruslah diperangi dan dikendalikan.

Ramadhan merupakan momentum tahunan yang dijadikan sebagai wahana manusia untuk berperang dan mengendalikan hawa nafsunya sehingga jiwa manusia akan dikuasai oleh jalan ketakwaan yang membebaskan manusia dari belenggu nafsunya serta membawa diri manusia kepada jalan kebahagiaan dan keselamatan tidak hanya di kehidupan dunia yang singkat ini, akan tetapi lebih dari itu akan membawa manusia menuju puncak kenikmatan kehidupan kekal akhirat Ketika dihamparkan karpet merah oleh Tuhan yang merajai segalanya dengan seruan agungnya Masuklah kalian wahai orang-orang yang telah melakukan Ibadah Puasa Ramadhan dengan selamat dan penuh ketenangan melalui Pintu al-Rayyan yang memang dikhuskan bagi orang yang berpuasa.

Akan tetapi Gambaran orang yang sukses dalam menjalankan ibadah puasa sepanjang Ramadhan tidak tampak pada realitas kehidupan kebanhyakan masyarakat. Puasa Ramadhan yang seharusnya menumbuh kembangkan sikap dan prilaku terpuji seperti tersemainya sikap tawadhu, qona’ah, sabar, jujur, Amanah, wara’,  peduli kepada sesama serta sifat-sifat terpuji yang lain  tampak remang-remang. Justru yang tampak jelas dan terang benderang adalah sikap hedonis yang mempertontonkan kerakusan manusia yang dikuasai hawa nafsunya. Realitas yang ada dimasyarakat menunjukkan  bahwa Ketika berlebaran Hasrat untuk mengkonsumsi makanan dan hidangan lezzat merupakan keharusan. Hal ini bisa dilihat dari beragam menu makanan lezzat dan nikmat yang tersaji Ketika lebaran. Aneka kue lebaran juga terhidangkan dengan berbagaimacam variannya.

Tidak hanya sebatas makanan, Hasrat memperindah tampilan dengan pakaian dan celana baru dari brand ternama juga menjadi bagaian dari tradisi lebaran kebanyakan masyarakat. Tampilan yang sudah maksimal tersebut masih dirasa kurang apabila tidak dilengkapi dengan perhiasan, handphone yang terbaru juga alat transportasi yang digunakan semuanya mengarah kepada sikap ujub dan takabbur atas kondisi yang dipertontonkan. Momentum Lebaran dijadikan sebagai festival untuk mempertontonkan kesuksesan duniawi yang sungguh sangat menyipang dari tujuan puasa itu sendiri.

Melihat realitas ini, lebaran yang dikatan sebagai Iedul Fitri yang dimaknai Kembali kepada kesucian yang bebas dari noda dosa seakan tenggelam oleh gegap gempinya pertunjukan yang mempertontonkan lakon pamer kesuksesan duniawi. Hal ini dapat terjadi karena penghayatan terhadap nilai-nilai spiritual puasa tidak dilakukan. Puasa yang dilakukan hanya sebatas menahan diri untuk tidak makan dan tidak minum mulai munculnya fajar subuh hingga tenggelamnya matahari diwaktu magrib. Puasa yang dilakukan tidak dibersamai dengan menahan diri  dari  sifat hasud, iri, dengki, ujub, riya’ takabbur dan semisalnya. Puasa yang demikian itu tentunya tidak akan membawa kepada iedul fitri karena pada hakekatnya mereka tidak melakukan puasa. Mereka hanya mengatur pola dan merubah jam makan serta minum saja tanpa jihad untuk berperang dalam mengendalikan nafsunya secara substantif.

Menjadi Pribadi yang Fitri

Ada ungkapan yang menarik dari Imam Ali bin Abi Thalib yang mengatakan setiap hari di mana kamu tidak melakukan maksiat kepada Allah SWT adalah hari raya. Selaras dengan ungkapan tersebut lebih lanjut dikatan bahwa Idul Fitri bukan milik mereka yang berpakaian baru, akan tetapi milik mereka yang ketaatannya semakinmeningkat. Iedul fitri juga bukan juga milik mereka yang membaguskan busana dan kendaraannya, akan tetapi  milik mereka  yang diampuni segala dosa-dosanya. Dengan demikian ciri pribadi yang iedul fitri adalah mereka yang diampuni dosa-dosanya oleh Allah serta semakin meningkat ketaatannya kepada Allah setelah ramadhan berlalu.

Baca juga   Puasa Ramadhan di Indonesia, Indah dan Nikmat

Predikat Muttaqien merupakan gelar teologis yang disematkan kepada mereka yang telah menjalani puasa.

Firman sucipun menegaskan bahwa kewajiban puasa yang juga diwajibkan atas ummat terdahulu bertujuan untuk membentuk pribadi yang bertaqwa.

Begitu istimewanya pribadi yang bertaqwa tersebut sehingga Allah SWT secara khusus menyiapkan surga yang digambarkan seluas langit dan bumi.

Penegasan firman suci tersebut secara jelas termaktub dalam kitab suci yang berbunyi: Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan. (Qs. Ali Imran : 133-134)

Karakter muttaqien yang terbentuk melalui proses puasa yang dilakukan sepanjang ramadhan adalah bersemainya sifat kedermawanan dan murah hati dalam kondisi apapun.

Sifat dermawan dan murah hati ini tidak lantas menjadikan kita pamer sedekah yang bernilai fantastis sebagaimana marak ketika bulan ramadhan.

Dalam berbagai pemberitaan banyak orang dermawan memberikan uang kepada para jamaah yang melakukan shalat tarawih didaerahnya hingga menyentuh angka milliaran rupiah.

Tentunya sedekah paling utama adalah sedekah “Sirr” yang tangan kirinya pun tidak mengetahuinya. Sedekah yang hanya berharap ridho Allah SWT bukan pujian manusia, apalagi hanya untuk konten media sosial agar menjadi Viral belaka.

Karakter Muttaqien juga terlihat pada mereka yang mampu menahan amarahnya. Amarah merupakan bagian dari nafsu yang harus dikendalikan. Al ghazali mengatakan  Nafsu amarahlah yang selalu memerintah keburukan, nafsu yang menghimpun kuatnya rasa marah, selalu diikuti sifat-sifat tercela, jauh dari Allah, dan termasuk bala tentara atau langkah setan untuk mengarahkan manusia kepada penyesalan dan kebinasaan. Tentunya mereka yang mampu menahan amarahnya merupakan pribadi yang Istimewa terlebih tidak ada yang dapat keluar dari jeratan keburukan nafsu ammarah ini kecuali berkat karunia dan pertolongan Allah. Menahan dan mengendalikan amarah merupakan sifat utama dari pribadi yang tercerahkan setelah melakukan ritual puasa ramadhan.

Karakter Muttaqien selanjutnya adalah mereka yang memiliki jiwa pemaaf. Memang berat untuk dapat berlapang dada terhadap kedzaliman yang menimpa diri kita apalagi memaafkannya. Akan tetapi itulah cerminan kebersihan hati dan jiwa dari orang yang sukses puasanya, sehingga Allah pun menyematkan predikat orang yang paling mulya disisinya. Dalam firman suci dijrlaskan sesungguhnya yang paling mulya disisiku adalah yang paling bertaqwa. Jiwa pemaaf adalah cerminan dari ketaqwaan dan juga menjadi pertanda akan keimanan yang paling utama.

Dalam kontenks ini sang  Rasul bersabda, Wahai Uqbah, bagaimana jika aku beritahuhkan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau menyambung persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi kepada orang yang tidak memberimu, dan maafkanlah orang yang telah menzalimimu.

Menjadi pribadi yang fitri merupakan cerminan pribadi yang memiliki karakter sebagai seorang muttaqien. Karena ketika pribadi kita fitri, maka secara otomatis ketiga karakter tersebut akan menghiasi prilaku kehidupan kita. Sehingga saat ini kita dapat mempertanyakan sudahkan kita menjadi pribadi yang fitri?

Selamat hari raya Iedul Fitri semoga kita menjadi pribadi yang fitri suci dari noda dosa setelah dibersihkan melalui serangkaian ibadah puasa ramadhan yang telah kita jalani. Semoga kita dipertemukan kembali dengan bulan suci ramadhan pada tahun berikutnya. amin

 

Artikel ini ditulis oleh Dr H M Hasan Ubaidillah, Wakil Sekretaris MUI Jatim dalam program Hikmah Ramadhan kerja sama MUI Jatim dengan Tribun Jatim dan Harian Surya.

Topik: hikmah ramadhan

Artikel Terkait

3 Cara Nabi Muhammad Lindungi Hak Buruh dalam Dunia Kerja

3 Cara Nabi Muhammad Lindungi Hak Buruh dalam Dunia Kerja

23/04/2025

Fenomena penahanan ijazah oleh perusahaan terhadap pegawai di Surabaya kembali mencuat dan memantik perhatian publik....

Fatwa MUI No. 57 Tahun 2014: Islam Haramkan Pencabulan

Fatwa MUI No. 57 Tahun 2014: Islam Haramkan Pencabulan

17/04/2025

Dewasa ini masyarakat Indonesia dihebohkan dengan beberapa perilaku dokter yang melakukan pencabulan terhadap pasien perempuan....

Puasa Syawal dan Qadha Ramadhan, Mana yang Harus Didahulukan?

Puasa Syawal dan Qadha Ramadhan, Mana yang Harus Didahulukan?

12/04/2025

Puasa sunah enam hari di bulan Syawal sangat dianjurkan karena memiliki keutamaan besar. Seseorang yang...

Puasa Ramadhan di Indonesia, Indah dan Nikmat

Puasa Ramadhan di Indonesia, Indah dan Nikmat

29/03/2025

Puasa Ramadhan adalah momen istimewa yang dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia, termasuk di...

Berpuasa, Media Sosial dan Bertapa

Berpuasa, Media Sosial dan Bertapa

28/03/2025

Semua ibadah manusia mayoritas bisa dilihat pengerjaannya. Misalnya ketika orang Shalat, orang lain bisa melihatnya,...

Kebutuhan Ramadan Meningkat, Pinjol Solusinya?

Kebutuhan Ramadan Meningkat, Pinjol Solusinya?

27/03/2025

Bulan Ramadan identik dengan meningkatnya kebutuhan rumah tangga. Mulai dari persiapan sahur dan berbuka, belanja...

Hijrah Ekonomi

Hijrah Ekonomi

26/03/2025

Salah satu hal yang sering menandai datangnya bulan Ramadan, khususnya di Indonesia adalah bertumbuhnya usaha...

Informasi Terbaru

KH Anwar Iskandar: Ukhuwah Islamiyah adalah Perintah Allah, Ulama Harus Jadi Penggeraknya

KH Anwar Iskandar Apresiasi Program Pendidikan Kader Ulama MUI Jatim

14/05/2025 - 17:55 WIB
LSP MUI Jatim Resmi Diluncurkan, Siap Cetak Tenaga Keagamaan Profesional dan Bersertifikat Nasional

LSP MUI Jatim Resmi Diluncurkan, Siap Cetak Tenaga Keagamaan Profesional dan Bersertifikat Nasional

12/05/2025 - 08:42 WIB
KH Anwar Iskandar: Ukhuwah Islamiyah adalah Perintah Allah, Ulama Harus Jadi Penggeraknya

KH Anwar Iskandar: Ukhuwah Islamiyah adalah Perintah Allah, Ulama Harus Jadi Penggeraknya

12/05/2025 - 08:32 WIB
MUI Jatim dan FKPT Sepakat Perkuat Kolaborasi Cegah Ekstremisme

MUI Jatim dan FKPT Sepakat Perkuat Kolaborasi Cegah Ekstremisme

11/05/2025 - 17:15 WIB
MUI Jatim Sosialisasikan Program Pendidikan Kader Ulama, Cek Persyaratannya di Sini

MUI Jatim Sosialisasikan Program Pendidikan Kader Ulama, Cek Persyaratannya di Sini

10/05/2025 - 18:46 WIB

Tanya Ulama

Kirim pertanyaan anda seputar konsultasi syariah dan tanya jawab islam disini.

Konsultasi

Hukum Trading Saham

Antara Memakai Baju Lebaran dan Membayar Hutang

Ihyaul-Mawat Atas Tanah Negara

Membaca Fatihah dalam Shalat Tanpa Keluar Suara

Ini Taushiyah MUI Terkait Cara Merayakan Idul Fitri Tahun Ini

Fatwa MUI

Fatwa

Hasil Ijtima’ Ulama MUI se-Jatim Ke-II 2024

10/02/2025
Fatwa

Fatwa Nomor 1 Tahun 2023 tentang Hukum Politik Identitas

10/02/2025
Fatwa

Rilis 2 : Hasil Ijtima Ulama Komisi Fatwa: Youtuber dan Selebgram Wajib Zakat

30/05/2024
Fatwa

Rilis hasil Ijtima (1)

30/05/2024
Berita

Rilis hasil ijtima ulama MUI Jatim (1)

05/08/2022
MUI Jatim

Dapatkan informasi terbaru melalui:

Alamat

Jl. Raya Wisma Pagesangan No.204, Pagesangan, Kec. Jambangan, Surabaya, Jawa Timur 60233

Email: info@muijatim.or.id

MUI Provinsi

  • MUI Pusat
  • MPU Aceh
  • MUI Sumatera Utara
  • MUI Sumatera Barat
  • MUI Lampung
  • MUI DKI Jakarta
  • MUI Jawa Barat
  • MUI Jawa Tengah
  • MUI Kalimantan Selatan
  • MUI Kalimantan Timur
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi

© 2020 MediatrustPR. All Right Reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sejarah MUI Jawa Timur
    • Pengurus DP MUI Jawa Timur
    • Pengurus KBL MUI
    • Pedoman Organisasi
  • Berita
  • Produk
    • LPPOM MUI
    • Sejarah MUI
    • DSN MUI
    • MUI TV
  • Fatwa
    • Kumpulan Fatwa MUI Jatim
    • Kumpulan Tausiyah
  • Info Halal
  • Bayan
  • Khutbah
  • Fiqih
  • Galeri
    • Video
    • Album
  • Halo MUI
    • Tanya Ulama
    • Tanya Jawab Islam

© 2020 MediatrustPR. All Right Reserved