الله أكبر الله أكبر الله أكبر – الله أكبر الله أكبر الله أكبر – الله أكبر الله أكبر الله أكبر
الحمد لله حاكم الحكَّام، جاعل النور والظلام، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له الذى أمرنا بذبيحة القربان اتباعًا لسيدنا إبراهيم عليه الصلاة والسلام، وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدًا عبده ورسوله أفضل الأنام ومصباح الظلام، اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه الكرام، صلاة وسلامًا دائمَين متلازمَين على ممرِّ الدهور والأيام.
أمَّا بعدُ، فيا عباد الله اتَّقوا الله وأطيعوا وكبِّروه تكبيرا. قد قال تعالى : “وأذن في الناس بالحج يأتوك رجالا وعلى كل ضامر يأتين من كل فج عميق ليشهدوا منافع لهم ويذكروا اسم الله في أيام معلومات على ما رزقهم من بهيمة الأنعام فكلوا منها وأطعموا البائس الفقير”. (الحج: 27 – 29)
وقال النبي: اتق الله حيثما كنت وأتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن (رواه الترمذي عن أبي ذر)
Jamaah Shalat ‘Idul Adha yang berbahagia,
Di hari yang suci ini, marilah kita terus tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT, komitmen untuk melaksanakan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya.
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar, Hadirin Yang Berbahagia
Hari ini seluruh umat Islam di dunia merayakan sebuah perayaan yang agung. Yaitu perayaan Idul Adha, hari raya penyembelihan kurban.
Mengingatkan kepada kita sebuah kisah yang besar yang Allah SWT kisahkan di dalam Al-Qur’an. Kisah penyembelihan yang agung, kisah perintah Allah SWT untuk menyembelih anak kesayangannya, anak yang telah ia tunggu bertahun-tahun, Ismail AS.
Di tengah situasi pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya terkendali, kita semua perlu mencontoh untuk rela berkorban mengurangi kenyamanan pribadi guna mewujudkan kemaslahatan bersama. Rela berkorban untuk sekedar memakai masker, menjaga jarak, dan mambatasi aktifitas sosial yang berdampak pada kerumunan; semata untuk kepentingan keselamatan diri dan orang lain.
Wabah COVID-19 yang kita rasakan hari ini merupakan ujian dari Allah SWT, ujian kesabaran dan juga komitmen ketakwaan kepada Allah. Tidak ada satu musibahpun yang terjadi tanpa seizin Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ [التغابن: 11]
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. al-Taghabun [64]: 11)
Kita wajib melakukan ikhtiar mencegah terjadinya penularan wabah COVID-19. Kita wajib menjaga kesehatan dan menjauhi setiap hal yang dapat menyebabkan terpapar penyakit, karena hal itu merupakan bagian dari menjaga tujuan pokok beragama (al-Dharuriyat al-Khams).
Dan kita tidak boleh menjerumuskan diri ke dalam kebinasaan.
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar,
Hadirin Yang Berbahagia,
Idul Adha hari ini adalah kisah tentang sebuah keluarga mulia yang diabadikan oleh Allah SWT untuk peradaban manusia. Itulah kisah keluarga Ibrahim AS. Melalui kisah keluarga Ibrahim AS. itu, Allah SWT menunjukkan kepada kita betapa pentingnya posisi keluarga dalam membangun peradaban luhur suatu bangsa.
Sebuah masyarakat yang bahagia dan sejahtera, tidak hanya di dunia, namun juga di akhirat. Sebuah masyarakat tidak akan bisa menjadi bahagia dan sejahtera jika masyarakat itu gagal dalam membangun keluarga-keluarga kecil yang ada di dalamnya. Keluarga adalah entitas terkecil dalam suatu bangsa. Jika baik, maka bangsa akan baik.
Setidaknya ada dua pelajaran berharga dari kisah keluarga Ibrahim dalam memadukan antara cinta dan ketaatan, hingga berbuah kemuliaan.
Pertama, Tidak semua yang kita inginkan itu tercapai seketika. Butuh upaya dan ikhtiar serta doa kepada Allah SWT. Tak boleh putus asa dalam berikhtiar. Tentang hasilnya menjadi kekuasaan mutlak Allah. Dalam kehidupan keseharian kita, kita perlu tahu dan menyakini bahwa terdapat Dzat yang maha pengatur aneka macam kejadian tersebut, mulai jodoh, rezeki, dan juga anak serta kedudukan hingga soal kematian.
Ada Dzat yang mengatur segala urusan, Allah SWT. Dalam konteks Wabah Covid19, kewajiban kita adalah ikhtiar untuk mencegah dan mengobati. Mencegah dengan menjalankan protokol kesehatan, menjaga perilaku hidup bersih dan sehat, memakasi masker, manjaga jarak, mengonsumsi makanan yang halal dan thayyib, serta berdoa dan meningkatkan ibadah.
Setelah ikhtiar lahir bathin, maka kita pasrahkan pada kekuasaan multak Allah SWT.
Bagi setiap muslim, doa adalah pedang, kekuatannya bisa mengubah takdir. Dan Allah SWT memerintahkan kita untuk meminta dan berdoa kepada Allah SWT. Allah SWT berjanji dalam al-Quran sebagaimana firman-Nya:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan bagi kalian’.” (QS Ghâfir: 60).
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar,
Hadirin Yang Berbahagia,
Kedua, perlunya keteladanan dalam perintah kebaikan. Pelajaran berharga dari kisah Ibrahim AS. adalah bahwa untuk mewujudkan anak shaleh harus dimulai dengan upaya kesalehan orang tua.
Orang tua yang sholih sebagai salah satu prasyarat mewujudkan anak yang sholih. Demikian juga dalam hal penanganan kasus Covid19, butuh keteladanan dari kita, dari orang tua, ulama, dan juga para tokoh untuk disiplin melakukan langkah pencegahan.
Keberhasilan Ibrahim ‘alaihissalam mendapatkan karunia anak shaleh seperti Isma’il AS adalah karena beliau sendiri berhasil mendidik dan membentuk dirinya menjadi seorang hamba yang shaleh. Allah SWT menegaskan:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
“Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya.” (al-Mumtahanah: 4)
Momentum wabah Covid-19 berdampak pada pembelajaran anak-anak kita di rumah, learning from home. Saatnya kita belajar dari Ibrahim untuk menjadi guru dan teladan yang baik bagi anak dan keluarga. Ibrahim AS adalah teladan yang baik bagi pewujudan keluarga harmonis dan demokratis.
Allah SWT memujinya dalam al-Quran. Kesabaran, kasih sayang, komitmen untuk saling mendengar, dan menghargai setiap anggota keluarga adalah kunci keharmonisan. Pertanyaannya sekarang untuk kita semua adalah siapakah di antara kita yang sejak awal menjadi orangtua sudah berusaha untuk belajar dan berusaha menjadi orangtua yang shaleh? Dapat menjadi guru yang baik bagi anak-anak kita saat Learning From Home? Apakah kita sudah menjadi teladan yang baik bagi anak kita?
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar,
Hadirin Yang Berbahagia,
Nabi Muhammad saw, dalam khutbah pada saat wukuf di Arafah menekankan soal pentingnya menjaga kehormatan setiap jiwa dan properti manusia.
Pada saat kita menyadari keragaman kita sebagai makhluk, maka kewajiban dan tanggung jawab kita adalah untuk saling mengenal dan meneguhkan persaudaraan. Allah mengharamkan pertumpahan darah, saling caci, dan juga saling hina, apapun alasannya. Sabdanya saat khutbah wukuf:
أيها الناس إن دماءكم وأعراضكم حرام عليكم إلى أن تلقوا ربكم كحرمة يومكم هذا في شهركم هذا في بلدكم هذا … ألا هل بلغت اللهم فاشهد.
“Wahai manusia sesungguhnya harta dan kehormatan kalian terhormat sesama kalian hingga kalian berjumpa dengan Rabb kalian, seperti terhormatnya hari ini, pada bulan ini dan di negeri ini-ketahuilah sesunggunya aku telah sampaikan maka saksikanlah”.
Di tengah perkembangan dunia media sosial (medsos) sebagai buah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, seringkali kita terjebak pada penyebaran berita hoax, fitnah, disinformasi, dan berita bohong lain, termasuk dalam kasus terkait Covid-19.
Penggunaan media sosial di tengah masyarakat tidak jarang menjadi sarana untuk penyebaran informasi yang tidak benar, hoax¸ fitnah, ghibah, namimah, gosip, pemutarbalikan fakta, ujaran kebencian, permusuhan, kesimpangsiuran, informasi palsu, dan hal terlarang lainnya yang menyebabkan disharmoni sosial.
Hoax seputar penanganan pasien Covid, viral tentang covid sebagai konspirasi membunuh umat Islam, dan berbagai hoax lain telah menyebabkan persoalan sosial.
Jauh-jauh hari, Allah SWT sudah memerintahkan untuk selalu berbaik sangka (husnuzh zhan) dan mengingatkan kita untuk menjauhi prasangka buruk (su’u al-zhann).
Sebagaimana firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ )الحجرات : ١٢(
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang._ (QS Al-Hujurat 49 : 12)
Ayat di atas menegaskan perintah menjauhi prasangka dan larangan ghibah serta mencari-cari kesalahan orang lain. Ini untuk mencegah terjadinya konflik dan rasa permusuhan antar sesama.
Karenanya, setiap kita penting untuk menjaga ucapan dan perbuatan agar jangan sampai menyakiti orang lain, baik individu maupun kelompok, terlebih kepada orang tua dan pemimpin kita. Nabi Muhammad saw mengajarkan dan memerintahkan untuk bertutur kata yang baik dan menjadikannya sebagai salah satu indikator keimanan kepada Allah, sebagaimana sabdanya:
عن أبي هريرة رضي الله عنه، عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: “من كان يؤمن بالله واليوم الآخر، فليقل خيرًا أو ليصمت …. ” (رواه البخاري ومسلم(
Dari Abi Hurairah ra dari Rasulullah saw beliau bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam.”_ (HR. Bukhari dan Muslim)
Pesan penting idul adha adalah meniscayakan komitmen komunikasi yang baik dan lemah lembut, perang terhadap rafats, fusuq, dan jidal. Idul Adha, dengan semangat ibadah haji serta ibadah kurban harus memancarkan spirit anti hoax, ujaran kebencian, dan senantiasa bermuamalah secara beradab, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
بارك الله لي ولكم ونفعنى وإياكم من الآيات والذكر الحكيم وجعلنى وإياكم من العائدين والفائزين والمقبولين والحمد لله رب العالمين.
Khutbah II
الله أكبر الله أكبر الله أكبر – الله أكبر الله أكبر الله أكبر – الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا، لا إله إلا الله الله أكبر
الحمد لله الذي أحلنا هذا اليوم الطعام وحرم علينا فيه الصيام، أشهد أن لا إله إلا الله الملك العلام، وأشهد أن محمدا عبده و رسوله، سيد الأنام.
اللهم صل على سيدنا وحبيبنا ومولانا محمد نبي العرب والعجم وعلى أله وأصحابه إلى يوم القيام،
أما بعد,
فيا عباد الله اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون، واعلموا أن يومكم هذا يوم عظيم، فأكثروا من الصلاة على النبي الكريم، وقال تعالى: إن الله و ملائكته يصلون على النبي يأيها الذين أمنوا صلوا عليه و سلموا تسليما”
اللهم صل على سيد المرسلين وعلى أله وأصحابه والتابعين و تابعي التابعين و تابعيهم بإحسان إلى يوم الدين وارحمنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين
اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات يا قاضي الحاجات
تَحَصَّنَّا بِذي الْعِزَّةِ وَالْجَبَرُوْتِ وَاعْتَصَمْنَا بِرَبِّ الْمَلَكُوْتِ وَتَوَكَّلْنَا عَلىَ الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوْتُ
,اللهُمَّ اصْرِفْ عَنَّا هَذَا الْوَبَاءَ وَقِنَا شَرَّ الدَّاءِ بِلُطْفِكَ ياَلطِيْفُ يَاخَبِيْرُإِنَّكَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ بِالإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّناَ اِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ.
رَبَّناَ آتِناَ فِيْ الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ وَالحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العاَلمَيِنَ.
عباد الله إن الله يأمركم بالعدل و الإحسان و إيتاء ذي القربى و ينهى عن الفحشاء و المنكر و البغي يعظكم لعلكم تذكرون
فاذكروا الله العظيم يذكركم و اشكرواه على نعمه يزدكم واسألواه من فضله يعطكم و لذكر الله أكبر
و السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
*Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Direktur Pesantren al-Nahdlah Depok
Dosen Pascasarjana Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Jakarta