SURABAYA, MUI Jatim – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur terus menunjukkan komitmennya dalam percepatan industri halal di Jawa Timur. Salah satunya diwujudkan dengan pelatihan juru sembelih halal atau Juleha yang digelar oleh Badan Pengembangan Industri Halal (BPIH) MUI Jawa Timur.
Agenda yang diikuti takmir masjid dan mushala, serta perwakilan pondok pesantren ini dipusatkan di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, Ahad (9/6/2024). Kegiatan itu bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Jatim, Yayasan Dana Sosial al-Falah, dan Juleha Indonesia Jawa Timur.
Acara ini secara resmi dibuka oleh Ketua MUI Jatim KH Ahsanul Haq, mewakili Ketua Umum MUI Jatim KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya niat dalam mengikuti pelatihan juleha.
“Kita semua harus memantapkan hati kita di dalam mengikuti pelatihan ini agar hasil yang diperoleh bisa maksimal,” ujarnya.
Di samping itu, ia menyebutkan bahwa tubuh setiap orang hendaknya dijaga agar tidak dimasuki barang haram. Salah satunya cara menjaganya ialah melakukan penyembelihan yang sesuai syariat Islam atas barang yang dimakan.
“Ketika tubuh kita dimasuki barang yang haram, atau barangnya halal tapi cara penyembelihannya kurang benar maka dagingnya bisa menjadi haram,” ungkapnya.
Disebutkan, daging haram yang masuk ke dalam tubuh manusia akan mendatangkan sejumlah implikasi. Pertama, orang yang sudah kemasukan barang yang haram hatinya akan keras.
“Hati yang keras itu ialah yang tidak mudah mencerna nasihat. Nasihat yang masuk dari telinga kanan akan mudah keluar dari telinga yang kiri,” ucap sosok yang juga Wakil Ketua Baznas Jatim ini.
Kedua, orang yang suka kemasukan barang haram ia akan mudah menjadi pemarah atau seringkali bersikap temperamental. “Istrinya bikin kopi hanya karena kebanyakan gula marahnya menjadi luar biasa. Makanya, penting bagi kita untuk terus menjaga agar barang yang dikonsumsi halal,” katanya.
Sementara itu, Ketua BPIH MUI Jatim KH Fakhrurrozi melaporkan, pelaksanaan pelatihan juleha telah memasuki tahun ketiga. Pertama, yaitu tahun 2022 yang memiliki alumni sekitar 1000 orang se-Jawa Timur. Pada 2023 pelatihan diikuti 500 orang, dan tahun 2024 pesertanya 200 orang.
“Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahun bersama Baznas Jatim. Dan, di tahun 2024 ini alhamdulillah mendapatkan mitra baru, yaitu Yayasan Dana Sosial al-Falah,” terangnya.
Dirinya menyampaikan bahwa latar belakang dilaksanakannya pelatihan juleha ini dalam rangka menyelematkan bangsa dan negara. Hal ini selaras dengan keinginan Gubernur Jatim kala itu, yakni Khofifah Indar Parawansa, bahwa masih banyak penyembelihan hewan yang masih tidak sesuai dengan syariat Islam.
“Banyak hewan mati bukan karena disembelih, tetapi karena efek dimasukkan pada air panas. Artinya, hewan tersebut mati karena air panas tersebut, bukan karena sembelihan,” tuturnya.
Pihaknya menambahkan, masih banyak Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di sejumlah daerah yang belum memiliki juru sembelih halal (Juleha). Sebab itu, pelatihan ini dilaksanakan guna menjadi solusi atas persoalan tersebut. “Mudah-mudahan ikhtiar ini membawa kemanfaatan untuk kita semua,” pungkasnya.
Diketahui, hadir dalam pembukaan pelatihan juleha di antaranya, Ketua Baznas Jatim KH Ali Maschan Moesa, pimpinan Yayasan Dana Sosial al-Falah Ir Syakib Abdullah, Ketua BPP Masjid Nasional Al Akbar Surabaya HM Sudjak, dan undangan lainnya.